10 Prinsip Investasi Terbaik Sepanjang Masa

 http://

Prinsip Investasi

Prinsip-prinsip investasi yang sukses sebenarnya cukup sederhana. Beberapa prinsip investasi yang kami tulis di bawah ini dapat membantu kamu membangun strategi investasi jangka panjang yang efektif untuk mencapai tujuan keuangan kamu.

1. Investasi Sedini Mungkin

Prinsip dasar investasi yang pertama adalah berinvestasilah sedini mungkin. Berinvestasi dengan timeline yang lebih lama lebih efektif daripada menunggu sampai kamu memiliki uang dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan dari compounding effect yang bekerja layaknya bola salju yang menggelinding pada trek panjang.

Pada dasarnya, kamu menumbuhkan dana yang kamu investasikan melalui akumulasi persentase pertumbuhan perusahaan, dividen, dan keuntungan. Semakin lama kamu berinvestasi, semakin banyak waktu yang tersedia untuk menghasilkan keuntungan dari investasi kamu.

Jika kamu menginvestasikan dana sebesar seratus juta dan mendapatkan kenaikan sebesar sepuluh persen per tahun selama sepuluh tahun. Maka dana yang kamu dapatkan bukanlah dua ratus juta, melainkan 259.374.250.

Hal ini dikarenakan pada tahun pertama, uang kamu akan bertambah menjadi 110 juta. Namun di tahun kedua, pertumbuhannya bukanlah menjadi 120 juta, namun 121 juta. Hal ini dikarenakan pertambahan sepuluh persen dikalikan pada pertambahan tahun kedua dan bukan bukan tahun pertama.

Itu baru sepuluh tahun, bayangkan jika kamu menanamkan modal seratus juta selama empat puluh tahun. Hasilnya bukanlah empat ratus juta, namun 18, 1 milyar! Kamu bisa hitung perkiraan ini menggunakan kalkulator compound interest.

2. Investasi Secara Teratur Setiap Bulan

prinsip investasi - investasi secara teratur

Berinvestasi secara teratur tiap bulan sama pentingnya dengan memulai investasi sedini mungkin. Dengan memahami prinsip dasar investasi ini, kamu akan menjadikan kegiatan berinvestasi sebagai kegiatan prioritas kamu sepanjang tahun tanpa perlu memperdulikan kondisi pasar modal.

Ketika kamu berinvestasi secara teratur, kamu tidak perlu khawatir mencari waktu yang tepat untuk berinvestasi. Ketika harga saham sedang turun, itu berarti kamu dapat membeli lebih banyak lembar saham dengan harga rendah. Namun jika harga saham sedang tinggi, tetaplah berinvestasi dengan jumlah seperti biasanya.

Jual beli saham terlalu sering dapat meningkatkan biaya transaksi kamu. Karena tiap kali kamu menjual saham akan dikenai biaya komisi dan juga pajak.

Semakin kecil biaya transaksi kamu semakin besar keuntungan kamu. Agar kamu dapat mengoptimalkan keuntungan kamu, kamu juga harus mengurangi biaya pajak saat kamu mencairkan saham kamu. Kamu memang tidak bisa mengontrol kinerja pasar tapi kamu dapat mengontrol biaya transaksi kamu.

Oleh karena itu kamu harus fokus dengan prinsip dasar investasi ini dan menanamkan dana tanpa harus memikirkan kapan waktu terbaik untuk menjualnya.

3. Persiapkan Rencana yang Matang

Ada beberapa hal yang membuat kondisi pasar modal tiba-tiba bergejolak. Bisa jadi karena berita politik, bencana alam, atau berita korporasi. Kamu yang tidak menyiapkan strategi yang matang akan menjadi terlalu fokus pada pergerakan jangka pendek. Hal ini dapat menyebabkan keputusan yang gegabah dengan menjual saham pada harga rugi atau panic selling.

Begitu juga ketika melihat sebuah saham yang harganya selalu naik kemudian terburu-buru membeli karena takut kehilangan momentum. Padahal seharusnya kamu tidak membelinya. Karena ketika kamu membeli harganya saat naik, maka kamu akan memilikinya saat harganya turun. Belum lagi jika ternyata saham yang kamu beli terindikasi sebagai saham gorengan atau harganya dimanipulasi.

Maka dari itu tanamkanlah sebuah prinsip dasar investasi dari Warren Buffet yakni, “Takutlah ketika semua orang serakah, dan serakahlah ketika semua takut”. Jadi ketika semua orang menjual sahamnya kamu seharusnya membelinya. Dan ketika semua orang membelinya, kamu justru menjualnya. Namun kamu tetap harus memperhatikan analisis fundamental perusahaan tersebut dan banyak membaca buku investasi ya.

4. Investor seperti apakah kamu?

Apa tujuan kamu berinvestasi? Bagaimana reaksi kamu jika pasar saham sedang bergejolak? Apakah kamu toleran dengan resiko atau tidak? Hal ini perlu kamu ketahui untuk mempersiapkan strategi terbaik untuk berinvestasi.

Investor yang masih berusia muda biasanya menginginkan keuntungan besar dengan toleransi resiko yang tinggi. Sedangkan investor yang memasuki masa pensiunnya biasanya hanya mengharapkan keuntungan yang wajar setiap bulannya dengan resiko yang kecil.

Setelah kamu menentukan seberapa banyak risiko yang kamu sedia terima dalam jangka waktu investasi, kamu dapat mengalokasikan anggaran dan mendiversifikasi portofolio sesuai dengan profil risiko.

Ketahui juga apakah kamu seorang investor aktif atau pasif. Jika kamu mengetahui cara menganalisa kinerja perusahaan melalui rasio keuangan, dan ingin memilih kepada perusahaan  mana kamu menanamkan dana, maka lebih cocok sebagai investor aktif.

Jika kamu seorang yang ingin terima beres tanpa melakukan analisa keuangan, namun ingin mendapatkan keuntungan yang wajar dengan resiko terukur. Maka kamu lebih cocok menjadi investor pasif yang mempercayakan dananya pada manajer investasi atau reksadana.

Investor pasif akan menanamkan dananya pada indeks saham maupun obligasi. Dimana uangnya nanti akan disebar menjadi kepemilikan seluruh perusahaan berkinerja terbaik. Dengan begitu, investor mendapatkan kinerja yang lebih baik dari keseluruhan kinerja pasar dan menghindari resiko kerugian.

Menurut Benjamin Graham, memprediksi waktu terbaik untuk menjual atau membeli saham melalui kinerja pasar adalah hal yang mustahil. Kekeliruan yang banyak investor pemula lakukan adalah selalu mengamati pasar dan bertindak menggunakan emosinya sehingga kinerja investasinya jauh lebih buruk daripada rata-rata.

5. Diversifikasi

prinsip investasi - diversifikasi

Diversifikasi adalah prinsip dasar investasi untuk meminimalisir resiko kerugian saat melakukan investasi dengan menggunakan portofolio yang terdiri dari beberapa saham yang berbeda. Hal ini senada dengan pepatah, “Jangan menaruh semua telur kamu dalam satu keranjang.”

Dengan diversifikasi, ketika salah satu saham kamu menunjukkan performa yang buruk, maka kamu dapat mensubsidi kerugian kamu melalui keuntungan dari saham lainnya. Strategi membangun portofolio yang baik harus didasarkan pada tujuan keuangan kamu, profil risiko, rentang waktu yang kamu sedia tempuh, dan regulasi pajak.

6. Menyeimbangkan Kembali Portofolio kamu secara teratur

Seiring waktu, investasi dalam portofolio kamu akan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda. Akibatnya, diversifikasi dan alokasi aset bisa menjadi tidak seimbang. Sebagai contoh jika pada awalnya portofolio terdiri dari 70% saham dan 30% obligasi, maka dalam kurun waktu sekitar 10 tahun portfolio kamu akan menjadi 90% saham dan 10% obligasi. Hal ini karena kedua instrumen yang dipilih memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda.

Maka dari itu lakukan penyeimbangan kembali portfolio secara teratur. Agar dapat sesuai dengan profil risiko dan juga tujuan keuangan kamu.

7. Abaikan Kegaduhan Media Massa

Prinsip dasar investasi yang ketujuh adalah jangan pernah mengambil keputusan melalui media massa seperti koran dan berita di televisi. Mereka sengaja membuat kebisingan agar dapat menjual iklan. Tetap fokus pada rencana dan teguhkan kepercayaan pada diri kamu bahwa tujuan jangka panjang jauh lebih penting daripada kinerja jangka pendek.

Selama rentang waktu 20 tahun, pasar modal akan terlihat naik dan turun, namun investor jangka panjang yang berpegang teguh pada rencana awalnya akan mendapat pertumbuhan yang memuaskan.

8. Selalu Berinvestasi dengan Margin of Safety

Margin of safety adalah prinsip dasar investasi untuk membeli sekuritas dengan harga saham yang jauh lebih rendah daripada nilai intrinsiknya. Strategi ini tidak hanya memberikan peluang keuntungan yang tinggi tetapi juga meminimalkan risiko kerugian. Biasanya hal ini dengan melihat rasio jumlah nilai aset dibagi harga saham atau PBV (Price to book Value)

9. Harapkan Volatilitas dan Dapatkan Untung darinya

Berinvestasi dalam saham berarti harus siap berurusan dengan volatilitas. Investor yang cerdas akan menyambut penurunan harga saham sebagai peluang untuk membeli saham dengan harga murah.

Jangan sampai kondisi pasar yang bergejolak mendikte emosi kamu. Kamu harus tetap berpegang teguh dengan rencana awal yang sudah melalui riset yang masuk akal dan rasional. Kamu hanya boleh membeli saham saat harga yang ditawarkan masuk akal dan menjual saat harga menjadi terlalu tinggi.

Terkadang pasar menilai sebuah perusahaan terlalu tinggi dari nilai sesungguhnya, yang apabila dibiarkan hal itu akan berujung pada koreksi sehingga harga saham tersebut akan jatuh sangat dalam. Sebelum hal tersebut terjadi jual saham yang dinilai terlalu tinggi sebelum terjadi koreksi dan pasar menyadari harga saham yang sesungguhnya.

10. Spekulan Versus Investor

Tidak semua orang di pasar saham adalah investor ada juga trader atau spekulan. Investor melihat saham sebagai bagian dari bisnis dan ia berperan sebagai pemilik sebagian bisnis, sedangkan spekulan memandang dirinya bermain dengan selisih harga jangka pendek tanpa peduli pada nilai intrinsik. Bagi spekulan,yang terpenting adalah volatilitas dan likuiditas dari saham yang akan dijual belikan dalam jangka waktu yang pendek.

Bukan berarti menjadi spekulan tidak bisa sukses, hanya saja strategi yang digunakan akan jelas berbeda. Kamu tidak harus mampu melakukan analisis fundamental, namun kamu harus mampu menentukan posisi jual beli yang tepat.

Seorang spekulan akan mendapatkan keuntungan yang besar jika komoditas yang diperjualbelikan memiliki tingkat volatilitas yang tinggi namun masih banyak orang yang bersedia untuk membelinya. Salah satu komoditas tersebut adalah mata uang, baik mata uang asing ataupun aset kripto.

Ishar Yulian Satriani
Entah mau ngetik apaan :v
SHARE

0 Komentar

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel